PALU, MEDULA.id – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan Pendampingan dan Evaluasi bagi Komunitas Penggerak Literasi, Sabtu (24/08/2024).
Kegiatan tersebut merupakan upaya peningkatan mutu kehidupan masyarakat melalui aktivitas komunitas literasi di Kota Palu.
Kegiatan ini diadakan di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Tengah (BPMP Sulteng) dan dihadiri oleh 20 perwakilan komunitas literasi di Kota Palu.
Peneliti Widayabasa Ahli Madya di Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Songgo Siruah, S.S., M.Pd menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari gerakan literasi nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Komunitas literasi kita anggap sebagai pusat gelombang dan gerakan, karena itu kita memilih mereka sebagai peserta kegiatan,” katanya.
Pihaknya berkeinginan agar komunitas berdaya secara mandiri sehingga hasilnya semua dokumen, kelengkapan untuk mendapatkan bantuan seperti Akta, NPWP, Nomor Rekening, Sekretariat, dan sebagainya mereka adakan secara bertahap dan administratif.
“Pada tahun ini, hanya ada dua wilayah yang kami sasarkan yaitu Kota Palu dan Kabupaten Sigi,” ungkapnya.
Adapun materi yang dibawakan oleh Songgo mengenai Bahasa Persuratan atau korespondensi, tujuannya untuk mensosialisasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menurutnya, penguatan literasi dengan pendekatan bahasa itu sangat penting, karena bahasa menguatkan semua proses belajar dan bidang studi, bahkan bahasa digunakan untuk mengajar hingga membuat soal.
“Jadi kuncinya sebenarnya ada pada guru, untuk membuat siswa mengerti. Penggunaan bahasa itu harus diperbaiki, menguasai kosakata bahasa Indonesia sebanyak mungkin. Sebenarnya itu menjadi dasar penguatan literasi dari sudut pandang kebahasaan,” jelasnya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan materi kedua mengenai Pengembangan Komunitas. Mulai dari pendirian hingga pertumbuhan berkelanjutan, yang dibawakan oleh pendiri sekaligus Ketua Komunitas Gen AnT (Generasi Anak Teladan), Nurwahida, S.I.Kom.
Dalam materinya, Nurwahida menyampaikan mengenai strategi pembangunan dan pengembangan Gen AnT, pola tim kerja dalam komunitas, dan berdiskusi mengenai problem solving tiap komunitas literasi.
“Dalam membentuk sebuah organisasi kita tidak hanya mengandalkan kuantitas, namun kualitas dari setiap anggota,” katanya.
Ia tidak menyoal anggota yang aktif dalam komunitas, hanya sedikit. Asal berkualitas dan bisa menyelesaikan program kerja dan goals/tujuan dari organisasi itu.
“Dan yang terpenting, apakah gerakan dan program yang kita buat sudah berdampak atau hanya sekedar menaikkan citra organisasi, karena hal tersebut jelas berbeda,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para pegiat literasi dan komunitas literasi paham cara berliterasi, dan dapat menyebarkan gerakan literasi ke masyarakat umum.