PALU, MEDULA.id – Institut Hijau Indonesia bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menyelenggarakan Seminar Nasional & Workshop Kaum Muda & Keadilan Iklim, pada Jumat (20/09/2024).
Kegiatan ini berlangsung di Auditorium UIN Datokarama Palu dan berhasil menarik minat banyak pemuda dari berbagai komunitas yang fokus pada isu lingkungan, baik dari Palu maupun daerah sekitarnya.
Acara ini bertujuan untuk mendorong peran kaum muda dalam memperjuangkan keadilan iklim di Indonesia, sekaligus sebagai wadah diskusi mengenai tantangan dan peluang bagi generasi muda dalam merespons krisis iklim.
Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, acara ini menjadi penting untuk membangun kesadaran dan aksi nyata dari pemuda dalam menghadapi isu global tersebut.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Ir. Laksmi Dhewanthi, MA., IPU, selaku Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dalam sambutannya, Laksmi menekankan betapa krusialnya peran kaum muda dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Ia menjelaskan bahwa perubahan iklim bukan hanya persoalan lingkungan, melainkan juga berdampak luas terhadap ekonomi, sosial, dan keberlanjutan pembangunan di Indonesia.
Menurut Laksmi, generasi muda perlu menjadi agen perubahan yang aktif terlibat dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi Focus Group Discussion (FGD) yang menghadirkan Roy Rangkuti, seorang aktivis lingkungan dan pengamat politik, sebagai penanggap.
Dalam diskusi ini, Roy mengangkat isu pentingnya kesadaran politik di kalangan kaum muda mengenai perubahan iklim.
Ia menyoroti perlunya kebijakan publik yang lebih adil secara lingkungan dan menekankan bahwa suara pemuda sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan terkait iklim.
Ia juga menyoroti tantangan-tantangan struktural yang dihadapi oleh aktivis muda dalam berjuang melawan perubahan iklim, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Sesi selanjutnya menghadirkan sejumlah narasumber nasional yang memberikan paparan dari berbagai perspektif.
Bivitri Susanti, seorang pakar Hukum Tata Negara, menjelaskan pentingnya penegakan hukum dan kebijakan yang mendukung keadilan iklim.
Menurutnya, Indonesia harus memastikan bahwa setiap kebijakan lingkungan yang dibuat harus berpihak pada kepentingan masyarakat luas, terutama kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Sementara itu, Hikmat Hardono, Chairman Indonesia Mengajar, menyoroti peran pendidikan dalam membangun kesadaran lingkungan.
Ia berbagi pengalaman tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap isu-isu iklim.
Selain itu, Lia Fauziah, seorang alumni Green Leadership Indonesia Batch 2, berbicara tentang pengalamannya dalam memimpin gerakan lingkungan di tingkat komunitas.
Ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, dalam mengatasi krisis iklim.
Kemudian, Dr. Sahran Raden, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Datokarama Palu, memaparkan peran lembaga pendidikan tinggi dalam mendukung aksi iklim melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Acara ini diakhiri dengan sesi yang sangat dinanti oleh para peserta, yaitu workshop tentang pembuatan konten kreatif yang disampaikan oleh Reizha Ananda Setyara, Founder Sipalinglingkungan.id.
Reizha berbicara mengenai pentingnya memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan pesan-pesan terkait keadilan iklim dan meningkatkan kesadaran publik.
Setelah sesi materi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan diberi tugas untuk membuat konten kreatif yang akan dipublikasikan di media sosial masing-masing. Setiap kelompok diberi waktu untuk berdiskusi dan menghasilkan konten yang mengangkat isu-isu lingkungan yang relevan dengan tantangan lokal di Palu dan sekitarnya.
Seminar dan workshop ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun gerakan kaum muda yang lebih kuat dan terorganisir dalam memperjuangkan keadilan iklim.
Melalui diskusi dan sesi workshop, para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru, tetapi juga keterampilan praktis untuk mengadvokasi perubahan.
Sebagai penutup, panitia berharap kegiatan ini bisa menjadi pemicu bagi pemuda untuk terus terlibat dalam isu-isu iklim dan menggunakan platform yang ada untuk memperjuangkan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, akademisi, maupun aktivis, kaum muda di Palu diharapkan bisa menjadi garda terdepan dalam gerakan keadilan iklim di Indonesia.
Kegiatan ini berakhir dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta, yang berkomitmen untuk terus aktif dalam upaya melindungi lingkungan dan mendorong kebijakan yang mendukung keadilan iklim.