Jakarta, Medula.id — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) segera menerapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah udara tidak sehat di Jakarta. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa upaya ini melibatkan berbagai instansi dan akan dijalankan berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan.
“Kita kombinasikan beberapa kajian tersebut untuk melakukan penanganan secara bersama-sama,” ujar Hanif melalui pesan tertulis yang diterima pada Senin, 23 Desember 2024.
Rekayasa Cuaca sebagai Solusi Utama
Salah satu solusi yang akan diterapkan adalah rekayasa cuaca. Skema ini digarap bersama oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Metode ini dinilai efektif untuk menurunkan polutan udara, terutama saat indeks kualitas udara mencapai tingkat berbahaya.
“Akan dimulai pada awal tahun 2025 dengan target penyelesaian dalam 1-2 bulan,” kata Hanif.
Penutupan TPA Ilegal
Langkah cepat lainnya adalah menutup tempat pembuangan akhir (TPA) ilegal. Strategi ini akan diterapkan secara terpadu untuk mengurangi dampak sosial dan budaya pada masyarakat sekitar.
Emisi Kendaraan sebagai Sumber Utama Polusi
Menurut Hanif, salah satu sumber utama polusi udara di Jakarta adalah emisi dari kendaraan bermotor. Sebanyak 30-40 persen polusi udara di DKI berasal dari emisi 24 juta unit kendaraan yang beroperasi, termasuk 30 ribu kendaraan besar seperti truk dan bus. KLH kini berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk pemasangan filter pada kendaraan besar sebagai upaya mitigasi.
Penghapusan Open Burning
Pembakaran sampah dan limbah secara terbuka atau open burning juga menjadi perhatian utama. Saat ini terdapat lebih dari 60 titik open burning yang aktif. KLH akan bekerja sama dengan polisi dan TNI untuk mengatasi masalah ini secara tegas.
Polusi dari Ketel Uap Batu Bara
Sumber polusi lainnya adalah penggunaan ketel uap berbahan bakar batu bara yang menghasilkan polutan PM2.5 dan merkuri. Polutan ini tidak hanya mencemari udara, tetapi juga berpotensi menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Dukungan Semua Pihak
Hanif menegaskan bahwa masalah udara kotor tidak bisa ditangani oleh KLH saja. “Butuh dukungan semua pihak, termasuk pemerintah provinsi dan masyarakat. Udara tidak sehat ini berdampak serius pada kesehatan paru-paru dan jantung,” ujarnya.
Dengan berbagai langkah strategis yang akan diterapkan, KLH berharap kualitas udara di Jakarta dapat membaik dalam waktu dekat, memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.