Mesin Cetak Uang Palsu Ditemukan di Kampus II UIN Alauddin Makassar

Personel polisi melihat kondisi mesin cetak yang merupakan alat bukti kasus pembuatan dan peredaran uang palsu di Mapolres Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (17/12).(ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Bagikan Via:

Sebuah kasus mencengangkan terungkap di Kampus II UIN Alauddin Makassar. Mesin pencetak uang palsu ditemukan di perpustakaan kampus yang terletak di Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Mesin tersebut diduga dimasukkan ke dalam kampus oleh Andi Ibrahim dan rekan-rekannya saat kondisi sedang sepi.

Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, menjelaskan bahwa mesin cetak berukuran besar itu dibawa masuk ke kampus pada malam hari. Proses rekonstruksi yang dilakukan menunjukkan betapa sulitnya membawa mesin yang diperkirakan memiliki berat hampir 3 ton tersebut.

“Saat rekonstruksi, kami mencoba mengangkat mesin tersebut dengan 25 personel, namun tidak berhasil. Namun, jika didorong menggunakan papan, mesin itu bisa masuk. Pada proses tersebut, beberapa lantai pecah ketika mesin dimasukkan ke sebuah ruangan bekas toilet di perpustakaan,” jelas Reonald. Ruangan tempat mesin disimpan memiliki luas sekitar 2 x 4 meter persegi.

Teknik Peredaman Suara

Di dalam ruangan tersebut, mesin pencetak uang palsu telah diberi peredam suara berupa gipsum yang dilapisi gabus. Reonald menambahkan bahwa suara dari mesin hanya terdengar samar-samar dari luar. Ketika staf perpustakaan menanyakan suara tersebut, para tersangka menjawab bahwa mereka sedang mencetak buku. Jawaban itu menghilangkan kecurigaan para staf.

Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, menjelaskan bahwa mesin cetak besar itu dibawa ke kampus menggunakan forklift. Saat dimasukkan, petugas keamanan sempat bertanya kepada para tersangka, namun mereka memberikan alasan serupa, yakni bahwa mesin tersebut digunakan untuk mencetak buku yang akan disimpan di perpustakaan.

Peran Pelaku Utama

Kapolda Sulsel, Irjen Yudhiawan Wibisono, mengungkapkan bahwa Andi Ibrahim bukan satu-satunya otak di balik kasus ini. Seorang pengusaha berinisial ASS juga menjadi pelaku utama. Rumah ASS di Jalan Sunu, Kota Makassar, diketahui sebagai tempat awal produksi uang palsu sebelum kapasitas produksi diperbesar dengan memindahkan mesin cetak ke Kampus UIN Alauddin.

“Awalnya, produksi dilakukan di rumah ASS. Namun, karena mereka membutuhkan kapasitas lebih besar, mesin tersebut dipindahkan ke UIN Alauddin,” jelas Yudhiawan.

Mesin cetak uang palsu yang ditemukan diketahui dibeli seharga Rp600 juta dari Surabaya dan diimpor dari China. “Mesin ini dipesan dari China melalui Surabaya, kemudian dimasukkan ke kampus oleh tersangka berinisial AI,” tambah Kapolda.

Pengejaran Tersangka

Kapolda juga menyebutkan bahwa terdapat tiga pelaku utama dalam kasus ini, yaitu AI, S, dan ASS, serta beberapa tersangka lainnya yang kini masih buron. “Ada 17 tersangka dengan peran berbeda, tetapi peran utama ada pada AI, S, dan ASS. Kami berkomitmen untuk segera menangkap tiga tersangka yang masih buron,” ujarnya.

Kasus ini menjadi perhatian besar, terutama karena melibatkan fasilitas pendidikan sebagai tempat produksi uang palsu. Pihak kepolisian berjanji akan terus mengusut tuntas kasus ini dan memastikan para pelaku mendapatkan hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *