Pemerintah diminta untuk mewaspadai penurunan harga minyak dunia yang dapat berdampak signifikan terhadap Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman mengatakan, penurunan harga minyak dunia akan memengaruhi pendapatan negara, mengingat minyak masih menjadi salah satu komoditas utama yang diandalkan Indonesia.
“Penurunan harga minyak dunia akan mempengaruhi pendapatan negara, terutama dari ekspor minyak dan gas (migas),” ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (29/1/2025). Meskipun demikian, Rizal menyatakan bahwa penurunan harga minyak dunia juga akan memberikan dampak positif, yakni menurunnya beban subsidi energi, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Selain harga minyak, Rizal juga menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah yang turut memengaruhi pendapatan negara. Pelemahan nilai tukar dapat mengurangi potensi pendapatan devisa yang berasal dari ekspor migas, yang pada gilirannya dapat menurunkan penerimaan negara.
Peneliti Center Makroekonomi dan Keuangan Indef, Abdul Manap Pulungan, menambahkan bahwa kenaikan harga minyak dapat menyebabkan defisit APBN 2025 semakin melebar. “Jika harga minyak naik 1 dolar AS per barel, ini akan menyebabkan anggaran negara naik dan defisit bertambah 6,9 persen,” jelas Abdul.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun dari Bloomberg pada Kamis (30/1/2025), harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 tercatat turun 0,17 persen menjadi 76,71 dolar AS per barel. Sebaliknya, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen menjadi 72,82 dolar AS per barel.
Dengan fluktuasi harga minyak yang terus berlanjut, pemerintah diharapkan lebih berhati-hati dalam mengelola APBN untuk mengantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan dari pergerakan harga minyak dunia yang tidak menentu.
