Pasar Talise Mati Suri, Pedagang Minta Pasar Dikonversi

Bagikan Via:

PALU, MEDULA.id – Pasar Talise tidak lagi terlihat layaknya pasar, tempat itu kini menyisakan hanya satu pedagang. Pasar yang terletak di Jl. Dayodara II, Kelurahan Talise Valangguni, Kecamatan Mantikulore, kota Palu terpantau tampak sepi.

Diambil dari Media Indonesia, pembangunan Pasar Talise menelan biaya sebanyak Rp. 4,5 miliar dari APBN 2015. Sayangnya, dengan anggaran fantastis tidak menjamin kelangsungan pasar. Tempat itu kini menyisakan Ani (60) yang bertahan sejak Mei 2019. Sebelumnya terdapat enam pedagang yang bertahan bersamanya.

“Angkat kaki gara-gara apa, karena banyak penjual di pinggir jalan ini dikasih biar menjual sayur-ikan. Sebelum mereka menjual sayur-ikan, masih rame pengunjung kamari, cari sayur dengan ikan,” adu Ani pada Tim Medula.

Saat ditelusuri, tidak sekali dua kali, pihak kelurahan meminta para penjual yang berdagang di rumah atau kontrakan mereka untuk pindah ke pasar. Namun, cara ini tidak efektif sebab tidak ada pergerakan dari pedagang. Para pedagang rumahan pun membeberkan sejumlah alasan mengapa tidak mengindahkan himbauan dari pihak kelurahan.

“Karena waktu menjual di pasar itu, nda ada pembeli sama sekali,” keluh Ita (35).

Dia mengaku rugi saat pindah berjualan di Pasar Talise. Ita hanya seminggu bertahan di Pasar sebab pendapatannya cuma Rp. 15 ribu dalam sehari. Sayur dan ikan dagangannya bahkan pernah dibuang karena sepinya pembeli. Sementara, saat berdagang di rumah kontrakannya dia mengais Rp. 300—500 ribu rupiah. Berdasarkan pengamatannya, masyarakat lebih memilih mencari sayur-mayur di Jl. Merpati atau Tombolotutu ketimbang ke Pasar Talise.

Ita juga merasa himbauan tersebut tidak adil dikarenakan pedagang yang pindah ke Pasar Talise hanya di sekitar Jl. Dayodara II. Selain itu, minimnya fasilitas juga menjadi faktor enggannya pedagang berjualan. Setiap pedagang hanya diberikan tempat seluas 1 meter, tidak adanya pembuangan air, kurangnya keamanan, serta arsikektur bangunan yang terlalu tinggi.

Selain itu, lokasi pasar dinilai tidak strategis. Posisi pasar berada tepat di depan jalan poros dan pertigaan dengan tikungan yang membuat rawan kecelakaan.

“Cocoknya di sana itu, kan orang di sini banyak cari-cari hiburan, apa, toh? Kalau malam itu, bukalah pasar malam seperti jajanan, kuliner, seperti di lapangan sana,” harap Ita.

Dia juga mengatakan, sebaiknya pasar dibuka sore hingga malam hari. Hal ini melihat kawasan pasar berdampingan dengan perumahan, di mana siang harinya masyarakat bekerja dan anak-anak bersekolah. Olehnya, membuka pasar di sore dan malam hari menjadi hiburan bagi masyarakat setempat.

Ita juga berharap Pasar Talise kembali menjadi kawasan perekonomian. Dia harap, ke depannya bangunan tersebut bisa dikonversi menjadi taman bermain untuk anak, seperti penyewaan sepeda, jajanan kuliner atau pasar khusus unggas.

Sama halnya dengan Melati (nama samaran). Dia mengaku pernah membuka lapak di Pasar Talise tahun 2015, tetapi karena sepi membuatnya pindah setelah tiga bulan berjualan. Tahun 2016, Melati (42) kembali ke Pasar Talise mengikuti instruksi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Namun, dia hanya bertahan selama satu minggu.

Melati mengatakan, Pasar Talise mungkin dapat mencontohi konsep pasar periodik di Lasoani.

“Supaya kan pedagang bisa kumpul di situ. Asal jangan disamakan harinya dengan Pasar Lasoani. Beda hari. Maksudnya, satu minggu dua kali,” katanya.

Menanggapi keadaan Pasar Talise, Kepala Kantor Kelurahan Talise Valangguni Hasan Hamid mengaku telah mendegar keluhan para pedagang terkait kurangnya fasilitas di pasar serta lokasi yang memang kurang strategis. Namun, pihak kelurahan tetap berupaya menghidupkan pasar.

“Ini kita rencana lagi, Insha Allah, untuk menarik orang supaya masuk ke sana, saya punya perkumpulan karate itu, saya taruh di sana,” ujarnya saat ditemui pada Senin pagi (10/2/2025).

Hal ini dilakukan dengan harapan, orang tua yang mengantarkan anaknya akan berbelanja di pasar. Ke depannya, Hasan juga berencana membuka Pasar Lentora di malam hari sebagai bentuk ikhtiarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *