Tren yang sedang viral di media sosial, dengan menggunakan tagar #KaburAjaDulu seakan menjadi topik perbincangan hangat sesama warga Indonesia. Bagaimana tidak, kebijakan Pemerintah yang mengesampingkan kesejahteraan rakyat, yakni isu efisiensi anggaran yang dipangkas mulai dari Kementerian/Lembaga hingga Dinas OPD yang ada di setiap daerah, berimbas pada PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang merugikan tenaga honorer dan tenaga kontrak.
Tagar ini muncul karena banyaknya keresahan warga negara Indonesia yang telah kecewa pada pemerintah, juga hilangnya harapan akan masa depan Indonesia yang lebih maju. Pemerintahan yang korup, penggemukan kabinet menteri dan staf khusus, serta elite politik yang hanya pandai berbicara tanpa memberikan aksi nyata. Mereka, para warga Indonesia, sudah muak dan ingin menata diri agar lebih sejahtera, sebab negara pun belum mampu untuk menanggung kesejahteraan warganya sendiri.
Fenomena #KaburAjaDulu bukan merupakan sebuah pelarian, melainkan sebuah perlawanan. Mereka tidak lari, namun bertarung dengan cara sendiri. Daripada mengadu nasib yang masih samar-samar dinegara sendiri, mereka mungkin terpaksa berjuang di negara lain. Nasionalisme tak hanya dibatasi dan dikekang lewat batas wilayah geografis, namun nasionalisme ada dalam diri setiap warga Indonesia, dan diamalkan dengan sikap integritas demi bangsa.
Di tanah air, hidup mereka seperti terperangkap didalam lingkaran. Lapangan pekerjaan yang terbatas, upah rendah, dan biaya hidup kian mencekik. Jika mereka tetap bertahan di Indonesia, kemiskinan akan terus mencekik tanpa ada kepastian perubahan.
Setiap manusia berhak atas pekerjaan yang layak. Akan tetapi di Indonesia, pengangguran merajalela, upah minimum bahkan tak cukup untuk sekadar bertahan hidup, dan kesempatan berkembang hampir nihil.
Haruskah kita memaksa rakyat untuk tetap tinggal dan mati perlahan dalam ketidakpastian? Haruskah mereka dikutuk untuk terus bertahan dalam kemiskinan hanya demi kebanggaan semu? Mereka yang berangkat ke luar negeri bukan pecundang. Mereka bukan budak. Mereka adalah petarung yang menolak tunduk pada nasib buruk.