PALU, MEDULA.id – Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) literasi kota Palu naik dari 85,45% sejak tahun 2023 melonjak capai angka 91,10% pada 2024. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palu Drs. Syamsul Saifudin, MM pada Rabu siang (19/2/2025).
Selain data IPLM, terdapat Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) yang menjadi tolak ukur peningkatan literasi di kota Palu. TGM merupakan data berbasis survei yang dilakukan setiap tahunnya.

“Memang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan tingkat kegemaran pembaca. Cuman belum terlalu signifikan,” papar Kepala Dinas (Kadis) Syamsul saat ditemui di ruangannya di Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palu Jl. Bukit Cina, Talise, kec. Mantikulore, kota Palu.
Dia juga menjelaskan, belum signifikannya peningkatan literasi ini bukan didorong karena minimnya keinginan membaca di kalangan anak-anak maupun masyarakat. Melainkan terdapat kesalahan dalam proses survei terhadap responden. Saat ini, pihak perpustakaan sedang berusaha memperbaiki kekurangan tersebut.

Kegemaran membaca ini diakuinya banyak dari kalangan Pemustaka yang menyukai genre tulisan fiksi seperti novel. Hal ini terbukti saat tahun 2024, Syamsul tercengang oleh permintaan 30 judul buku Tere Liye dari para Pemustaka. Dia mengungkapkan, pengadaan buku di perpustakaan dan kearsipan kota Palu berdasarkan kebutuhan dan permintaan Pemustaka. Di mana, Pemustaka akan mengisi kusioner melalui scan barcode. Olehnya, pengunjung bebas memberikan request buku yang diminati.
“Novel bukan berarti cerita-cerita romance begitu saja. Tapi, ada materi pembelajarannya, pembelajaran hidup,” ujar Kadis Syamsul.
Dia juga mengatakan, cerita fiksi seperti novel atau dongeng menjadi media pembelajaran. Salah satunya karya-karya lokal yang diciptakan oleh para penulis kota Palu melalui program dari Balai Bahasa. Di mana, kumpulan karya fiksi ini bermuatan bahasa lokal yang bahkan menyasar usia kanak-kanak.
“Minimal dengan baca, cara pandang seseorang atau cara pandang anak-anak itu berbeda. Karena dalam fiksi kan musti ada kontradiksi antara yang A, yang B. Dan di situ diciptakan, oh, yang ini yang baik, ini yang jelek. Solusinya bagaimana, jalan keluarnya. Nah, ini menjadi pembelajaran,” tutupnya.