Aksi Demo Palu Sempat Ricuh Hingga Makan Korban

Suasana Aksi Demonstrasi yang sedang berlangsung di depan Kantor DPRD Sulteng (Sumber : Tim Medula.id)
Bagikan Via:

PALU, MEDULA.id – Aksi demonstrasi bertajuk “Indonesia Gelap” digaungkan di depan gerbang DPRD Provinsi Sulawesi Tengah. Massa yang terdiri dari aliansi mahasiswa dari beberapa universitas di kota Palu dan masyarakat sipil menggelar aksi sejak pukul 08.00—18.00 WITA pada Jumat (21/2/2025).

Tuntutan yang dibawa antara lain; Tolak Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 mengenai Efisiensi Anggaran, Makan Bergizi Gratis (MBG), Revisi Undang-Undang Mineral dan Pertambangan (RUU Minerba), menolak Revisi Tata Tertib DPR RI, menolak militerisme kabinet yang berpotensi membentuk kembali dwifungsi ABRI, mengesahkan RUU Perampasan Aset Tindak Pidana Korupsi, Evaluasi Pertambangan dan Tata Ruang di Sulawesi Tengah, serta menuntut agar Bidang Kesehatan dan Pendidikan menjadi Program Prioritas.

“Kami berharap dari ketua DPRD Provinsi Sulteng itu segera membacakan tuntutan kami dan membuat berita acara dan segera kirim ke pusat, terutama ke Sekneg (Sekretaris Negara). Supaya cepat direalisasi laporan kami, biar tidak cuma saudara-saudara kita yang berjuang dari hulu ke hilir tapi, kami juga ikut berjuang demi kemaslahatan umat bersama!” tegas Juliana Rosali selaku orator dari Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu.

Pada aksi tersebut, Demonstran memaksa memasuki gedung DPRD. Namun, hingga sore hari, gerbang tetap tertutup rapat meski sempat tergeser. Hal itu menimbulkan reaksi dari mahasiswa yang berusaha membobol pertahanan kepolisian. Massa juga menolak negosiasi dari perwakilan DPRD Sulteng fraksi Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang menyambut aspirasi di balik gerbang yang terkunci.

“Saya hanya mau menyampaikan, bahwa pada saat ini, anggota DPR dan pimpinan tidak ada di tempat,” ucap perwakilan DPRD Sulteng tersebut.

Hal itu sontak memantik amarah massa hingga gerbang nyaris dijebol. Namun, pihak aparat dan korlap dari aliansi mahasiswa bersikap kooperatif dan berhasil memadamkan amarah massa.

Dari pantauan Tim Medula, sekitar pukul empat saat sebagian massa tengah duduk untuk istirahat, tiba-tiba keadaan ricuh. Mendadak pihak aparat berjejer memagar vertikal. Dua ekor anjing pelacak atau K9 turut dikeluarkan. Tampak juga dua orang aparat berboncengan membawa senapan angin. Salah seorang mahasiswi mengaku terkena tembakan di bagian lengan, beruntungnya peluru tersebut hanya mengikis tangannya. Sementara, satu orang mahasiswa UIN Datokarama Palu dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara akibat luka dari lemparan batu.

Meski sempat membubarkan diri akibat serangan aparat, massa kembali membentuk barisan. Orasi kembali dilanjutkan usai konsolidasi. Massa menuntut sikap DPRD yang berdalih tidak berada di tempat saat jam kerja. Mereka juga menyayangkan tindakan represif aparat. Tak lama dari orasi, dua ekor anjing pelacak akhirnya ditarik mundur.

Meski pihak aparat telah menawarkan lima perwakilan dari mahasiswa untuk memasuki gedung DPRD. Namun, massa menolak dan bersikukuh melanjutkan aksi hingga bertemu langsung dengan pimpinan DPRD Sulteng. Aksi pun berakhir damai begitu perwakilan anggota DPRD mendatangi aksi dan menandatangani file konsolidasi bersama perwakilan aliansi mahasiswa dari universitas sekota Palu. Massa pun mulai membubarkan aksi sembari menyanyikan lagu Darah Juang sebagai bentuk kemenangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *