VATIKAN,MEDULA.id – Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat resmi terpilih sebagai Paus ke-267, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu. Dalam sebuah konklaf yang penuh khidmat dan sejarah, Prevost memilih nama Paus Leo XIV sebagai nama kepausannya, menandai dimulainya era baru dalam kepemimpinan Gereja Katolik dunia.
Keputusan ini diumumkan secara resmi oleh Vatikan dengan seruan tradisional “Habemus Papam!” yang artinya “Kita punya Paus!” melalui akun media sosial X (@VaticanNews) pada Jumat dini hari, 9 Mei 2025. “Para kardinal yang berkumpul di Kapel Sistina Vatikan telah memilih Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267, yang mengambil nama Paus Leo XIV,” tulis akun tersebut.
Pemilihan Paus baru ini disambut antusias oleh umat Katolik dari seluruh dunia. Proses pemilihan berlangsung secara tertutup dalam konklaf yang dihadiri oleh 133 kardinal elektor dari berbagai negara. Setelah beberapa kali pemungutan suara, hasil akhir diumumkan dengan kemunculan asap putih dari cerobong Kapel Sistina, yang menandakan bahwa seorang Paus baru telah terpilih.
Asap putih yang muncul pada pukul 18.15 waktu Roma (sekitar 23.20 WIB) langsung mengundang sorak sorai dan tangis haru dari ribuan peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Suasana euforia juga terasa kuat di media sosial, dengan unggahan akun Instagram @vaticannewsit yang mengenai kemunculan asap putih disukai lebih dari 402 ribu pengguna dalam beberapa jam.
Pemilihan Paus dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, dengan dua putaran awal pemungutan suara yang berakhir dengan asap hitam sebagai tanda bahwa konsensus belum tercapai. Namun, pada hari kedua, dunia menyaksikan momen bersejarah saat asap putih mengepul, menandai terpilihnya Paus Leo XIV.
Dengan terpilihnya Robert Francis Prevost, banyak umat Katolik yang menyambut dengan harapan besar. Banyak yang berharap Paus Leo XIV akan melanjutkan perjuangan Paus Fransiskus dalam memajukan gereja yang lebih inklusif, humanis, dan berorientasi pada perdamaian dunia. Kepemimpinan baru ini dipandang sebagai momentum penting untuk memajukan dialog antar agama, memperjuangkan hak asasi manusia, dan mendukung solidaritas global.
Momen bersejarah ini tak hanya menandai pergantian kepemimpinan di Vatikan, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi masa depan gereja dan umat Katolik di seluruh dunia.