PALU,MEDULA.id – Komunitas Ruang Temu melalui Agenda “Baca Ruang” menghadirkan serial diskusi yang menyapa semangat kritis anak muda Kota Palu dengan tema bertajuk “Membaca Gaza, Mengulas Timur Tengah”. Diskusi ini digelar di Sekretariat Ruang Temu dan menjadi ruang refleksi sekaligus edukasi geopolitik kawasan Timur Tengah bagi generasi muda.
Acara yang berlangsung Sabtu malam ini merupakan kolaborasi antara Baca Ruang, Tidar Sulawesi Tengah, Ruang Temu, dan Perhimpunan Mahasiswa Pemuda Islam (PMPI). Diskusi ini menghadirkan dua pemantik utama: Rafani Tuahuns, Ketua Pengurus Daerah Tidar Sulawesi Tengah, dan Moh Fauzan, pemerhati isu-isu Timur Tengah, dengan dipandu oleh Tari Akbar, Co-founder Ruang Temu, sebagai moderator.
Dalam forum ini, para peserta diajak untuk menelusuri kondisi mutakhir di Gaza dan dinamika kawasan Timur Tengah secara lebih dalam, tidak hanya dari sisi konflik, tetapi juga dari perspektif kemanusiaan, sejarah politik, dan narasi global yang menyertainya.
Rafani Tuahuns, dalam paparannya, menekankan pentingnya anak muda untuk tidak abai terhadap isu-isu global yang berdampak luas, termasuk krisis kemanusiaan di Gaza. “Kita hidup di zaman keterhubungan, dan apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar berita, tapi tragedi yang harus dibaca dengan nurani dan nalar kritis,” ujar Rafani.
Sementara itu, Moh Fauzan mengajak peserta untuk memahami Timur Tengah bukan hanya sebagai zona konflik, tetapi juga wilayah yang kaya sejarah, budaya, serta perjuangan identitas. “Kita perlu meninjau kembali bagaimana media global membingkai Timur Tengah, dan bagaimana kita sebagai generasi muda bisa membangun narasi tandingan yang adil dan empatik,” jelasnya.
Diskusi berjalan dinamis, diselingi tanya jawab dan pembacaan sejumlah kutipan dari literatur serta berita-berita terkini mengenai situasi di Gaza. Tak hanya berhenti pada wacana, kegiatan ini juga mendorong lahirnya sejumlah gagasan konkret, seperti kampanye edukasi media dan penggalangan solidaritas kemanusiaan untuk Palestina.
Menurut Tari Akbar selaku moderator, ruang diskusi seperti ini menjadi penting untuk menjaga daya pikir kritis di tengah derasnya informasi. “Anak muda butuh tempat untuk belajar bersama, berdialog, dan merumuskan sikap terhadap persoalan global yang kompleks,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari rangkaian diskusi serupa yang membahas tema-tema dunia dari sudut pandang anak muda Indonesia, khususnya di wilayah timur.