PALU,MEDULA.id – Wali Kota Palu dua periode, Hadianto Rasyid, kembali terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Provinsi Sulawesi Tengah untuk ketiga kalinya. Pengukuhan tersebut berlangsung dalam Musyawarah Daerah (Musda) Partai Hanura yang dihadiri oleh delegasi dari seluruh kabupaten/kota, masing-masing berjumlah lima orang.
Dilansir dari kailipost.com, Terpilihnya kembali Hadianto tidak hanya mencerminkan kepercayaan internal partai, tetapi juga menandai satu dekade kiprahnya di Hanura sejak 2015. Dengan posisi strategis tersebut, Hadianto kini disebut-sebut sebagai salah satu figur kuat yang dipersiapkan untuk maju sebagai calon gubernur Sulawesi Tengah pada Pemilihan Gubernur 2029 mendatang.
Disiapkan Sejak Dini: Figur Muda Lembah Palu
Lahir pada 10 Juli 1975, Hadianto kini berusia 49 tahun dan menjadi salah satu representasi generasi baru pemimpin Sulawesi Tengah. Kiprah politik dan sosialnya aktif di berbagai lini, termasuk sebagai Ketua Asprov PSSI Sulawesi Tengah. Ia rutin menyambangi daerah-daerah dalam rangka konsolidasi olahraga, seperti terlihat saat pelantikan Askab PSSI di Kabupaten Morowali, yang turut dihadiri oleh Bupati Morowali, Taslim.
Mobilitas tinggi dan kedekatan dengan masyarakat menjadi ciri khas Hadianto. Gaya kepemimpinannya mencerminkan karakteristik “pemimpin Lembah Palu” — istilah yang lekat dengan tokoh-tokoh besar asal wilayah Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong, seperti mendiang HB Paliudju, Azis Lamadjido, Longki Djanggola, dan Rusdi Mastura (Cudi).
Pemimpin Lembah: Dekat dengan Masyarakat, Berbahasa Ibu
Menurut jurnalis politik senior Andono Wibisono, gaya kepemimpinan yang ditunjukkan Hadianto menonjolkan kedekatan emosional dengan rakyat melalui komunikasi langsung, termasuk menggunakan bahasa daerah Kaili.
“Gaya seperti ini punya daya politik yang kuat. Pak Paliudju, Pak Aziz Lamadjido, hingga Kak Cudi semua dikenal membaur dengan masyarakat dan berbicara menggunakan bahasa ibu. Emosi politiknya tinggi. Itu kekuatan lokal,” ungkap Andono dalam perbincangan di redaksi Kaili Post.
Isyarat Perbedaan Gaya dengan Gubernur Anwar?
Di tengah geliatnya menuju 2029, sempat muncul wacana adanya jarak simbolik antara Hadianto dan Gubernur Sulteng, Anwar Hafid. Isu ini mencuat pasca pernyataan Gubernur Anwar kepada Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya, yang menyebut Hadianto jarang berkoordinasi.
Namun isu tersebut cepat diredam. Informasi yang dihimpun menyebutkan sejumlah tokoh senior seperti Longki Djanggola dan Rusdi Mastura segera menghubungi Hadianto untuk meredakan ketegangan. Tak lama kemudian, Hadianto dikabarkan menghadap langsung Gubernur. Ini dinilai sebagai contoh kearifan lokal dalam menyelesaikan ketegangan politik antar pemimpin daerah.
Perempuan dan Panggung Politik Sulteng
Di sisi lain, konstelasi politik Sulteng kini semakin berwarna dengan hadirnya sejumlah tokoh perempuan yang memegang peran strategis, baik formal maupun non-formal. Antara lain:
- dr. Renny A. Lamadjido – Wakil Gubernur Sulteng
- Dr. Nilam Sari Lawira – Anggota DPR RI
- Dr. Vera Rompas – Anggota DPRD Sulteng
- Vera Elena Laruni – Bupati Donggala
- Imelda Liliana Muhidin – Wakil Wali Kota Palu
Tak kalah penting, dari wilayah timur Sulteng terdapat nama-nama seperti Verna Inkiriwang, Bupati Poso dua periode, serta Iriane Ilyas (Wakil Bupati Morowali) dan Surya (Wakil Bupati Tojo Una-Una). Nama Sulianti Murad dari Kabupaten Banggai juga digadang-gadang sebagai figur perempuan potensial dalam konstelasi politik mendatang.