Masjid Raya Baitul Khairaat Palu Raih Dua Rekor MURI: Kubah Terbesar dan Menara dengan Jam Analog Terbesar di Indonesia

Bagikan Via:

PALU, MEDULA.id – Pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat, ikon baru kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah, kembali menorehkan sejarah. Masjid megah yang berdiri di jantung Kota Palu ini resmi meraih dua penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sekaligus masing-masing untuk kategori kubah terbesar dan menara dengan jam analog terbesar di Indonesia.

Dilansir dari channelsulawesi.id, Penghargaan prestisius ini diumumkan oleh Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, mewakili pendiri MURI Jaya Suprana, dalam acara penyerahan sertifikat di Jakarta. Sertifikat rekor MURI tersebut diserahkan kepada Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Provinsi Sulawesi Tengah, Andi Ruly Djanggola, yang hadir mewakili Gubernur Sulteng, Anwar Hafid.

Simbol Keagungan dan Filosofi Keislaman

Masjid Raya Baitul Khairaat bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga karya arsitektur monumental yang sarat makna filosofis dan spiritual. Desainnya memadukan unsur estetika modern dengan nilai-nilai keislaman yang mendalam.

Kubah utamanya memiliki diameter 90 meter, menjadikannya yang terbesar di Indonesia. Sementara itu, menara jamnya dengan diameter 19,3 meter juga memecahkan rekor nasional sebagai jam analog terbesar.

Selain itu, masjid ini memiliki 99 jendela yang melambangkan Asmaul Husna, dua menara kembar setinggi 66,66 meter sebagai representasi 6.666 ayat dalam Al-Qur’an, dan tinggi bangunan utama 30 meter yang merefleksikan 30 juz Al-Qur’an.

“Desain masjid ini tidak dibuat untuk mengejar rekor, melainkan mengikuti hasil sayembara arsitektur yang sarat makna simbolik. Namun, dari proses tersebut, MURI justru menilai bahwa ukuran kubah dan menaranya layak mendapat pengakuan nasional,” ungkap Andi Ruly Djanggola usai menerima penghargaan.

Hasil Kolaborasi Tiga Periode Kepemimpinan

Pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat merupakan hasil kesinambungan visi dari tiga periode kepemimpinan Gubernur Sulawesi Tengah. Prosesnya dimulai sejak sayembara desain arsitektur pada masa Gubernur Longki Djanggola, dilanjutkan dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Gubernur Rusdy Mastura pada 23 Oktober 2023, hingga kini dilanjutkan dengan pembentukan kelembagaan pengelolaan masjid di era Gubernur Anwar Hafid.

“Masjid ini dibangun bukan semata untuk kebanggaan, tetapi sebagai simbol persatuan, pengampunan, dan kebangkitan spiritual masyarakat Sulawesi Tengah. Kami berharap, kehadirannya membawa keberkahan dan menjadi pusat kegiatan keagamaan, sosial, serta pendidikan umat,” ujar Andi Ruly mewakili Gubernur Anwar Hafid.

Makna Filosofis Angka 9

Salah satu filosofi menarik dari desain Masjid Raya Baitul Khairaat adalah angka 9, yang menjadi dasar dalam penentuan ukuran kubah dan jam analog raksasa. Angka tersebut merujuk pada Surat At-Taubah, yang bermakna pengampunan, sekaligus menggambarkan harapan agar masjid ini menjadi “rumah kebaikan dan tempat memohon ampunan Allah SWT.”

“Masjid Baitul Khairaat diharapkan menjadi pusat peradaban Islam modern di Sulteng, tempat lahirnya kebaikan dan kedamaian bagi masyarakat Palu dan sekitarnya,” imbuh Andi Ruly.

Proyek Megah Menuju Rampung Akhir 2025

Pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan (PP) sejak 23 Oktober 2023, dan ditargetkan rampung pada 15 November 2025. Setelah selesai, masjid ini akan menjadi salah satu ikon religius terbesar di kawasan timur Indonesia, sekaligus destinasi wisata religi baru bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.

Dengan dua rekor MURI yang baru saja diraih, Masjid Raya Baitul Khairaat tidak hanya menjadi simbol kemegahan arsitektur, tetapi juga cerminan dari semangat kolaboratif, iman, dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *